1 Mei 2011

Complicated Love *Part 5*

Dear Diary,
Selama 4 hari, aku dekat dengan Andreas. Apalagi saat malam itu kami berdua berjalan dipantai sampai tengah malam. Meskipun... dia belum menepati janjinya untuk menemaniku melihat matahari terbit, tapi aku tetap senang. Dia juga sudah menolongku waktu aku pingsan dan jatuh di laut. Aku nyatakan bahwa 4 hari itu adalah hari yang sangat indah bagiku. Aku harap minggu ini akan lebih indah lagi.
...................................................................................................................


" Alice, tadi Kak Sebastian cari kamu "Aku terkejut mendengar Venta berkata seperti itu padaku saat aku baru masuk kelas. 'Mau apa lagi orang lemot kaya dia itu nyariin aku orang yang keren dan funky ini.' aku merasa geli setelah mengatakan hal itu pada diriku sendiri. Bagaimana ya, apa aku harus menemuinya? Aku ga kepingin ketemu sama dia tapi aku penasaran mau apa dia mencariku.

" Alice ! Alice !" terdengar suara yang sepertinya pernah kudengar memanggil namaku.

" Ya, ada apa ?" tanyaku sambil membalikkan badan. Ternyata orang itu Sebastian, panta saja aku pernah mendengar suaranya itu. Aku pun menunggu dia mendekatinya yang berjalan ke arahku sambil tersenyum.

" Tadi katanya Venta kak Sebastian cari aku? " tanyaku langsung setelah dia berada 1 meter didepanku. Dia tersenyum dan mukanya merah. Perasaanku jadi aneh dan feelingku tidak enak.

" Sabtu ini kamu ada acara ga ? " Tanyanya dengan senyumnya yang ga jelas itu.

" Untuk sementara sih belum ada, memangnya kenapa kak ? " Kataku dengan perasaan curiga.

" Aku mau mengajakmu makan malam. Kamu mau, kan ? " Waduh, ampun deh. Mimpi apa aku semalam ? Kok bisa-bisanya dia mau ajak aku makan malam. Ini kan juga termasuk ajak aku nge-date. Aku ga mau nge-date sama dia. Culun gitu, percaya dirinya besar lagi.

" Sabtu kan masih lama, kak. Lain kali saja kita bicarakan lagi, ya ? " kataku menolak dengan halus dan berharap semoga dia mengerti.

" Aku tahu kamu ga mau pergi sama aku, kan. " Dan terbukti dia mengerti. AMat sangat mengerti hingga dia memperlihatkan wajah kecewanya itu. Gawat, deh. Aku paling ga mau sakitin hati orang lain termasuk dia, meskipun memang pada dasarnya aku ga suka sama dia. Hari Sabtu ini aku berniat mengajak Andreas pergi ke suatu tempat, mumpung dia lagi baik sama aku.

" Aku mau pergi sama kakak, tapi bukan minggu ini, bagaimana kalau minggu depan ? " Usulku tanpa memikir panjang karena bel masuk kelas hampir berbunyi.

" Oke, kita pergi minggu depannya. " Wah kayanya aku ketipu, nih. cepat sekali air mukanya berubah menjadi senang. Ga tau, deh. Liat saja nanti jadi pergi apa ga.

....................................................................................................................

Bel masuk pun berbunyi. Menurut apa yang kudengar, harusnya hari ini akan ada murid baru dikelasku. Tak lama Pak Rio, guru Biologi kami masuk dengan iringan ucapan selamat pagi dari kami sekelas.

" Pagi semuanya ! hari ini kalian kedatangan teman baru. " Kata Pak Rio saat sudah sampai di belakang meja Guru. Aku kebingungan, karena anak baru itu tidak ada di depan kelas, maupun duduk diantara kami. Aku seperti cacing kepanasan menengok kanan dan kiri mencari anak baru tersebut.

" Chanessia, silahkan masuk. " Pak guru mempersilahkan seseorang untuk masuk. 'Oh, masih diluar.. aku kira murid barunya tak berwujud'

" Alice, kira - kira anak barunya kaya bagaimana, ya ? " tanya Venta padaku. Belum sempat aku menjawab, anak baru itu sudah masuk ke dalam kelas. Dia seorang anak perempuan dan sudah menggunakan seragam sekolah kami. Pak guru menyuruhnya memperkenalkan dirinya sendiri di muka kelas.

" Selamat pagi, namaku Chanessia tapi kalian cukup memanggilku Nesia. awalnya aku sekolah di luar negeri, aku baru pindah ke sini 2 minggu yang lalu. " Jelasnya. 'Wow!' Luar negeri ? pasti anak orang kaya, tuh. Kemudian Pak Rio menyuruhnya duduk disebelahku, kebetulan bangku disebelahku kosong.

Padahal aku sengaja tidak ingin ada teman sebangku. Aku ga mau ada yang baca novel yang aku tulis. Kenapa harus sama aku, Venta kan duduk sendiri juga. 'Dasar guru jelek!' umpatku dalam hati

...................................................................................................................

Bel istirahat berbunyi, aku yang kesal duduk disebelah Nesia pun pergi keluar kelas. Baru hari pertama sekolah saja sudah bersikap centil dengan semua anak cowok dikelas, mungkin besok bakal merambat ke kelas 2 nih, terus ke kelas 3. Aku benar-benar tidak suka duduk sama dia, ga betah !

" Muka kok dilipat lipat seperti itu ? " ledek kak Will yang menghampiriku yang sedang duduk di bangku dekat lapangan basket. Aku hanya meliriknya sebentar, lalu aku melihat ke arah lain.

" Kenapa, Andreas lagi ? " Tanya kak Will padaku yang terlihat amat sangat bete ini. Aku hanya menggeleng. Kak Will terlihat semakin kebingungan dengan tingkah adiknya yang manis ini. Dia terus-terusan menanyakan sebab aku seperti ini.

" Di kelas ada anak baru, anaknya nyolot abis, centil pula. " aku menjelaskan dengan rasa malas yang melandaku.

" Cewek apa cowok ? " Kak Will bertanya seakan ingin membuatku tertawa tapi kali ini benar-benar tidak kutanggapi sampai kak Will memaksaku menjawabnya.

" Ya cewek lah, kak. Please, deh. " Kak Will hanya tertawa tertahan saat mendengar jawaban dariku. Dia memintaku untuk tidak marah-marah padanya. Aku mengangguk dan kembali melihat sederetan semut yang berada dekat dengan kakiku.

" Mungkin dia lebih cantik dari kamu ya ? makanya kamu iri sama dia ? " Ih, si kak Will ini maunya apa sih! ga mau aku marah tapi dia malah sengaja. Iri ? sama orang kaya begitu ? cakepan juga aku kemana-mana kali kak... Sebenarnya kak Will ini kakakku atau bukan sih, kok malah menjatuhkan adiknya sendiri.

.................................................................................................................

Dua hari berlalu sejak anak itu datang dan menghancurkan ketenangan yang kuciptakan di mejaku ini. Makin lama aku makin kesal kalau lihat muka anak baru itu. Sok dekat sama anak-anak cowok. Mana dia sekarang juga ngedeketin kak Will. Makin sebel saja lihatnya.

" Hai  Alice.. Lagi nulis apa ? " Tiba-tiba saja anak yang sedang kupikirkan berada tepat didepanku. Aku tak menjawabnya, karena aku rasa dia tidak perlu tahu apa yang sedang kukerjakan. Aku terus menulis novelku tanpa menghiraukannya.

" Apaan, sih. Lihat dong !" dia menarik buku yang sedang kutulis itu. Dasar kampungan ! ga bisa halus dikit apa? katanya cewek alim. Kalau robek apa dia mau tanggung jawab. Aku hanya menarik napas panjang melihat kelakuannya.

" Wah..! Kamu hebat ya ! Kok bisa, sih ? Jangan-jangan kamu nyalin novel lain, ya ? Ga mungkin banget anak SMA kaya kita bisa bikin novel kaya gini. Aku saja ga bisa masa kamu bisa. " kalimat yang indah keluar dari mulutnya setelah beberapa saat membaca novelku. Awalnya sih muji, abis itu menjatuhkan. Sebenarnya dia mau apa sih ? Muji atau mau menghina ? 'Kamu saja yang terlalu bodoh sampai buat novel saja tidak bisa. Cuma novel kaya begini juga anak SMP bisa apalagi anak SMA yang kaya aku yang kaya akan imajinasi tinggi.' aku meledeknya dalam hati.

" Wah, sampai dihina pun kamu diam, ya? Kamu adiknya William anak kelas 2 itu, kan ? " tanyanya pelan. Aku hanya menganggukan kepalaku sambil menarik kembali bukuku yang dipegangnya dan melanjutkan menulis novelnya.

" Kok ga pantes, yah, ga mirip. Tapi, ya sudahlah bukan urusanku. Dia sudah punya pacar belum ? " Nesia bertanya setengah berbisik. Aku terkejut sekali mendengar pertanyaan itu. Masa, sih dia mau jadi pacarnya kak Will !

" Tanya saja sendiri. " jawabku sekenanya. Aku hanya berharap dia mau pergi sekarang, aku mulai merasa mual.

" Kira-kira dia suka sama aku ga, ya ? " tanyanya sengaja suaranya agak ditinggikan tapi masih pelan. Kak Will mana mau sih sama cewek kaya kamu. Sebenarnya aku juga ga yakin, sih. aku ga tahu tipe cewek yang disukai sama kak Will seperti apa. Kira- kira seperti apa, ya ? Aku jadi ikut memikirkan hal itu karena pertanyaan si jelek ini.

" Tanyain, donk. Menurut dia aku ini bagaimana. " dia sudah mulai sedikit memaksa dari nada bicaranya. Aku sudah teramat sangat tidak suka dengan mukanya. 'Oh, Please donk cepat pergi! Parfummu mencolok hidungku tahu!' hanya itu yang ingin kukatakan tapi masih tertahan di kerongkonganku.

" Aku kasih tahu, ya. Tapi kamu jangan marah sama jawabanku. Kak Will itu...!" kataku terputus. Sebenarnya aku ingin bilang 'Kakakku ga mungkin banget suka sama kamu. Jadi kamu jangan berharap terlalu banyak, deh!' tapi akhirnya kata-kata itu tertelan kembali. Lebih baik diam, daripada nanti dia marah.

" Ah... kamu mau bilang apa tadi..... " Rengek Nesia padaku. Sepertinya dia sengaja memperbesar suaranya supaya aku memberitahukannya. Aku tidak tahan tatapan seluruh anak cowok dikelasku sekarang tertuju padaku dan Nesia. Wah, aku bisa dimusuhi, nih kalau bikin idola kesayangan mereka menangis.

"Ok, aku kasih tau tapi kamu diam. Sebenarnya menurut aku kak Will ga mungkin suka sama kamu."  aku menjelaskan dengan pelan hingga hanya kami berdua yang dapat mendengar suaraku. Nesia sepertinya mengerti maksudku, terlihat dia diam dan tidak merengek lagi. Dia diam sebentar, kupikir aku sudah membuatnya sedih. Tapi ternyata tidak, tiba-tiba saja senyum terkembang diwajahnya. Aku berharap sekali semoga hal yang kutakutkan tidak terjadi.

" Oh, ga apa apa. Masih ada Andreas ini .. " Apa!!! Dasar cewek kecentilan! benarkan tuh. Apa yang kutakutkan terjadi. Pokoknya ga boleh!

" Ga boleh ! Andreas itu punya aku! " tanpa sadar aku berteriak sehingga seisi kelas melihat padaku.

" Punya kamu ? memangnya kamu pacaran sama dia ? " tanya Nesia. Sengaja dia mengulang kata-kataku berkali-kali seakan-akan dia itu polos dan tidak mengerti perkataanku. Kacau, kenapa tadi aku bisa bilang Andreas itu punya aku. Celaka, bisa jadi masalah besar nih. Aku hanya bisa diam tak berkata. Sudah terlanjur kukatakan dan seisi kelaspun sudah mendengarnya.

..................................................................................................................

0 comment(s):

Posting Komentar