29 April 2011

Complicated Love *Part 3*

Dear Diary,
Sudah 3 hari aku di SMA. Banyak kejadian. hari pertama aku dikerjain sama Andreas. Masa minta tanda tangan balasannya kalau tidak cium dia, mesti jadi pacar dia selama sebulan. Dasar gila. Hari kedua aku dikerjai kakak kelas yang lain. Yah, memang yang namanya MOSS. Eh, sekarang di hari ketiga ini aku kedatangan murid baru. Namanya Fenni. Dia itu asli jutek banget. Cocok tuh kalau dipasangin sama Andreas yang jutek dan gila itu. Cape sih, tapi senang juga. Pokoknya, aku akan berjuang untuk selalu tersenyum. Semangat !

...........................................................................................................................

Minggu pertama aku disekolah cukup asik, kakakku tercinta selalu bantuin aku kalau ada masalah di sekolah. Fenni dan Andreas tetap rese. Aku harap minggu depan bisa lebih baik daripada minggu ini.


" Alice, jalan-jalan, yuk." Wah, tumben kak Will ngajak aku jalan-jalan. belum sempat aku menjawab adikku, Nathan datang kearah kami.

"Kak Will mau kemana? aku ikut juga, yah." Kata Nathan dengan nada memelas. Kasihan. Aku pun melihat kearah kak Will yang dibalas dengan tatapan sebal darinya.

" Mau tau aja, urusan orang dewasa. " Kata kak Will dengan nada galak. 'Wow, ada apa-apanya,nih..' pikirku. Tiba-tiba saja perasaanku tidak enak setelah melihat ke arah Nathan yang sudah dijawab galak oleh kak Will. Benar saja, tak lama kemudian Nathan lari tak jauh dari kami dan teriak mengadu pada mama. Wajah Kak Will terlihat seperti menyesal telah melakukan hal tadi.

" Will, kamu mau ajak Alice kemana ? Jangan aneh-aneh, ya. " Mama muncul dari arah dapur langsung memelototi kak Will.

" Cuma mau ke toko buku, minta Alice temenin. " Kak Will menjawab mama seadanya lalu mendorongku naik ke lantai atas dan masuk ke kamarku. Ke toko buku? rajin amat. Ga biasanya kak Will ke toko buku. Kak Will kan biasanya kalau ga ke mall ya ke pub. Wah! kayanya dia bohong nih sama mama.

" Bohong kan !" kataku teriak menuduh kak Will dengan setengah berbisik begitu pintu kamarku tertutup.

" Apaan ? " tanyanya pura-pura tak mengerti maksud pertanyaanku, sambil memindahkan jari telunjukku yang tadi tertuju padanya.

" Bilang sama mama mau ke toko buku padahal ga. Aku tahu kok, kakak pasti bohong sama mama, kan. " kataku menuduh.

" Kalau kakak bilang mau ngajak kamu ke mall apa mama kasih ? atau kakak bilang  saja yah sama mama. " Kak Will terlihat sekali mengejekku.

" Ke mall ?" tanyaku memastikan  kalau kalau kakakku berbohong. Habisnya muka dia antara bohong sama ga bohong beda tipis. Kak Will hanya mengangguk.

" Mau !! Yeiyy! " sorakku tapi tertahan oleh tangan kak Will yang menutup mulutku saat aku berteriak kegirangan. Kak Will melotot padaku menyuruhku untuk diam.

" Mau, kak. Aku ganti baju dulu yah. " Kak Will hanya mengangguk dan aku langsung mencari baju yang ingin kupakai. Asik deh, jalan-jalan sama kakak. Kalau aku jalan sama kakak pasti orang lain yang ga tau Kak Will kakakku akan menganggao kami berdua sedang pacaran. Ga pernah terbayang kalau kak Will dan aku pacaran. Bakal jadi seperti apa, yah dunia ini.

" Eh, kakak kok masih disini. Keluar dulu, lah. Masa mau liat aku ganti baju !" Teriakku. Akhirnya Kak Will bilang dia tunggu aku di luar, maka aku langsung berganti pakaian tanpa membuang waktu sedikitpun.

.............................................................................................................................

" Andreas ! " panggil kak Will ketika Andreas dan Feni jalan melewati kami saat kami hendak masuk ke Disc Tara, toko CD dan DVD di mall ini.

" Eh, William.. sama siapa? " sapa Fenni dengan nada genitnya.

" Sama Adikku, kenalin namanya Alice. " jawab kak Will dengan senyuman manisnya memperkenalkan aku pada Fenni.

" Udah kenal kali, kak. Kita berdua sekelas. " Kataku dengan nada sedikit jutek. Aku bukannya membenci Fenni, tapi jujur saja aku tidak begitu suka dengan sikap sok manjanya itu. Malas lihatnya. Kak Will kayanya suka banget tuh ngobrol sama dia.

" Kalian ikut keluar kota ? " tanya Fenni sambil merangkul tangan Andreas dan tangan Kak Will. Akhirnya kami jadi jalan berempat, tapi aku jadi bosan. Kak Will dan Andreas sedang dimonopoli sama Fenni. Soal keluar kota tadi, sebenarnya acara sekolah yang diadakan setahun sekali. Maksudnya untuk menyambut anak tahun ajaran baru biar dapat mengenal dengan baik kakak kelasnya.

..........................................................................................................................

" Will, jaga adikmu, Alice ya." pesan mama saat kami sedang berkemas malam harinya.

" Tenang aja, Ma. Kalau nakal aku tinggalin disana. " kata Kak Will setengah bercanda. Wajah jahilnya keluar lagi, deh.

Tamasya keluar kota, ya. 4 hari 3 malam cukup untuk bertemu dengan setan pantai buat dijadiin pacar. Memang mengerikan sih, tapi itu jauh lebih baik dibandingkan aku harus pacaran sama Andreas. hu.. orang gila itu. Kenapa sih aku jadi kepikiran dia terus.

" Kak, sudah berapa lama yah kita ga ke pantai. " tanyaku saat menjelang tidur. Malam ini Kak Will tidur di lantai kamarku, kata mama biar ga menganggu anggota rumah yang lain saat kami berangkat pagi buta nanti.
Mama sudah menyiapkan bekal, jadi besok pagi mama tidak bangun lagi mengurusi kami.

" Sudah lama sih. tapi kayanya belum sampai 1 abad, deh. " Jawabnya asal.

" Ya iyalah ya, kak. Jawabnya nyebelin banget sih. Tapi tak apa, aku maafin. Aku lagi seneng sih bisa ke pantai lagi. " Jawabku sambil melirik Jam dinding Mickey Mouseku.

"Gampang amat sih senang. Ke pantai biasa kali. " Gerutu kak Will. Dia langsung membalikkan badannya membelakangiku dan menarik selimut.

" Ye! orang seneng sih ga boleh. " Aku menjawabnya dengan melihat kesal punggungnya. Tak lama terdengar dengkur kak Will. Sepertinya kalimatku yang terakhir tak didengarnya. Pantai... entah kenapa dari dulu aku sangat menyukai pantai. Apalagi membayangkan aku duduk diatas baru karang besar melihat matahari terbenam didampingi pangeran bawah laut yang tampan. Sambil membayangkan hal itu, tak lama akupun ikut tertidur.

...............................................................................................................................

Langit sudah cukup gelap saat kami tiba di hotel tempat kami menginap. Sekolah kami membooking semua kamar yang ada di hotel ini. Tiap kamar terdiri dari 3 sampai 5 orang. Aku sekamar dengan Venta, Nita, Regina. Yang membuatku tidak betah dikamar ini adalah orang yang bernama Fenni. Kamar kami cukup besar, tapi tetap saja aku tidak suka sekamar dengan dia. Sayangnya aku bukan laki-laki, kalau iya aku lebih milih untuk tidur di lobby.

Malam itu aku tidak bisa tidur. Mungkin masih suasana baru belum bisa beradaptasi. Aku ga tahu mau berbuat apa, soalnya yang lain sudah pada tidur. Aku juga tidak mungkin berada dikamar, takut mengganggu istirahat mereka. Aku pun keluar dari kamar dan menuju ke lobby. Disana aku bisa nonton atau membaca majalah atau apapun.

Sesampainya aku di lobby, aku melihat seseorang yang sedang duduk membaca koran. Aku tak bisa melihat wajahnya karena tertutup koran. Tapi melihat sepatu dan celana panjang yang digunakan membuatku tahu kalau itu adalah seorang laki-laki.

" Selamat malam. " sapaku. Orang itu sama sekali tidak menjawab. Jangan-jangan dia bukan orang. Aduh! gawat kalau dia benaran bukan manusia tapi hantu bagaimana.

" Hei ! Kamu manusia atau bukan? " tanyaku dengan perasaan ngeri dan takut. Aku sudah berdiri untuk siap-siap lari.

" Sejak aku lahir dan mengingat siapa diriku. Aku tahu kalau aku adalah manusia." Jawab orang itu sambil melipat koran yang dibacanya dengan nada yang santai tapi menyebalkan.

" Andreas !" teriakku tertahan setelahmelihat wajah orang tersebut. Ada perasaan lega tapi perasaan kesalku lebih besar. Kenapa sih ga bisa 1 hari saja aku ga ketemu sama orang gila, monster drakula berdarah dingin ini yang satu ini. 'Mudah-mudahan ini bukan jodoh, mudah- mudahan....' bisikku dalam hati. Kalau sampai dia jodohku, aku mau mati sekarang terus naik ke khayangan biar bisa mutusin benang merah antara aku dan dia.

"Kok malam-malam begini kamu masih ada disini ? " tanyaku dengan nada ramah meskipun dalam hati aku inginnya dia pergi dari sini.

" Apa urusannya sama kamu? " jawabnya dengan cuek sambil menatap tajam padaku. Ihhhh... dasar orang aneh. Ramah sedikit, kek. Sudah bagus ada aku yang temenin dia disini. Coba kalau ga, diculik sama setan pantai juga ga akan ada yang tahu.

" Fenni mana ? kok ga sama dia, biasanya juga nempel terus. " tanyaku basa basi karena tidak ada bahan pembicaraan lain.

" Please deh. basi tahu kalau kebanyakan basa-basi. Ga mungkin lah kamu ga tahu kemana fennie, secara kamu itu sekamar kan sama dia. " Jawabnya. Kok dia tahu sih aku sekamar sama Fenni. Jangan-jangan dia cinta mati kali yah sama Fenni sampai cari tahu mengenai hal itu. Atau.. jangan-jangan dia punya mata tembus pandang. Wah, apa sekarang dia lagi liat pakaian dalamku.

" Eh, Andreas jangan lihat ke badanku terus ! " kataku sambil menutupi badanku dengan tangan ke Andreas yang sedari tadi melihatku.

" Siapa juga yang mau lihat badan cewek yang dadanya rata. " kata Andreas dengan nada yang terlihat kesal sambil melihat kearah lain. 'Kurang ajar' pikirku. Aku pun berdiri meninggalkan dia. Entah mengapa dia malah mengikutiku.

.............................................................................................................................

0 comment(s):

Posting Komentar