29 April 2011

Complicated Love *Part 2*

'Akhirnya, setelah sekian lama aku menjomblo. Kini saatnya aku mencari seorang pacar' pikirku sambil melihat ke seragam yang aku pakai. Hari ini adalah hari pertama aku masuk SMA. Sekarang aku dan kak Will satu sekolahan. SMA ini termasuk SMA favorit di SMPku dulu.

" Eh, ada anak baru... " tiba- tiba ada suara seorang laki-laki dari arah belakangku. Hiaa... mudah-mudahan fans pertamaku. Aku langsung membalikan badan, dan merasa menyesal. Ternyata suara itu suara kakakku sendiri. Hiks.. kirain di hari pertama ini aku bakal dapat setidaknya satu gebetan.

" Lho, kok kamu ada disini. SMPmu kan di seberang jalan sana. " Kata kak Will sambil menunjuk ke gedung sekolah SMPku. Wajahnya tampak serius.

" Ih, enak saja aku masih SMP. Kakak kok ga perhatian banget sama aku, sih ? aku kan sekarang sudah SMA. " Keluhku. Keterlaluan! memangnya tidak bisa lihat apa kalau aku pakai baju SMA. Ugh, sebel.

"Oh iya, yah ! maaf deh. Habisnya tampangmu masih kaya anak kecil, sih." Ternyata Kak Will hanya ingin meledekku saja. Jangan sampai ada yang lihat kelakuan dia deh. Nanti kalau gara-gara dia bilang aku masih anak kecil tidak ada laki-laki yang deketin aku, di rumah aku laporin mama.

" Uhm, tapi masa satu sekolahan sih. " Keluh kak Will. Wajahnya menandakan ia tidak senang kalau aku satu sekolahan sama dia. Aku kan adik kesayangannya, meskipun dia tidak pernah berkata seperti itu langsung padaku. 'Wah, jangan-jangan kakak takut kalah populer ya.' aku hanya tersenyum saja tidak melihat wajahnya lagi.

...................................................................................................................

Bel tanda masuk kelas berbunyi. Hari ini tidak ada pelajaran bagi kami, para siswa baru. Kami hanya diberi pengarahan mengenai tatatertib sekolah. Biasanya disebut dengan MOSS, panjangnya Masa Orientasi Siswa Sekolah yang diselenggarakan sama kakak senior dan OSIS. waktu SMP mana ada yang seperti ini.

" Untuk siswa baru, kalian harus mengumpulkan 20 tanda tangan kakak kelas kalian, termasuk OSIS dan Guru. " Seorang pengurus OSIS memberikan tugas pada kami. 'Tanda tangan 20 kakak kelas itu sih soal mudah, minta tolong saja sama teman sekelasnya kak Will' aku tersenyum puas. Yah, mudah-mudahan saja teman-temannya tidak menyebalkan.

" Kakak yang baik hati, adikmu yang imut imut ini minta tolong donk. " Kataku setelah menemukan dia di depan kelasnya. Kak Will terlihat heran melihatku.

" Tolong apaan ? jangan sok baik, deh. Merinding tau. Liat tuh bulu kuduk berdiri semua."  Kata Kak Will dengan nada seperti mencurigaiku dan menunjukkan bulu- bulu di tangannya.

" Tolong cariin 20 temen kakak, yah ." Bujukku dengan senyum manis mengharapkan bantuan.

"Buat apaan ! Masa seleksi untuk cari pacar harus dari temen-temen kakak. " Kak Will berkata padaku datar dan tanpa ekspresi. Astaga, kakakku yang satu ini. Pikirannya selalu yang jelek - jelek tentang adikknya sendiri.

" Ye~! Enak saja. Aku mau punya pacar juga, gag mau sama temen-temen kakak juga kali. Kakak aja jelek, Pasti temen-temen kakak juga gag jauh beda."

" Ich, kamu gag tau sih. Kakakmu ini orang paling keren diantara semua cowok dikelas 2 tau. " Menuji diri sendiri memang sifat dia kali ya. Gag tau malu.

" Ah, iya deh iya paling keren. Kak, aku minta tolong donk. Aku butuh 20 tanda tangan kakak kelas nih. " Kataku langsung menyerahkan buku yang sudah disediakan dari sekolah untuk bukti tanda tangan. Kak William langsung mengambil buku itu. Benar kan, cuma 20 tanda tangan itu adalah hal yang mudah buatku. Semoga saja temen kakak ga mirip Sebastian semua.

Dalam hitungan menit saja, 19 tanda tangan sudah terkumpul. Wah, teman kak Will baik semua. Kata kakak, 1 tanda tangan lagi harus aku yang usahain sendiri. Aku minta tanda tangan dari siapa, yah. 'Andreas...'
kenapa nama itu yang aa di otakku. Tapi apa salahnya dicoba dia kan teman kak Will, pasti mau bantu. Tidak pikir panjang aku langsung keliling sekolah mencari Andreas.

" Kak Andreas.." dengan memperlihatkan senyum andalanku saat menemukan dia di kantin sekolah. Andreas berbalik melihatku, tapi sepertinya senyumanku tak berhasil padanya.

" Kenapa panggil-panggil ! Awas kalau ga penting. " Ancamnya dengan nada jutek. Astaga ga bisa baik sedikit apa ya.

"Ini, aku mau minta tanda tangan dong. " kataku sedikit memelas. Mau bagaimana lagi, cuma dia satu-satunya harapanku untuk dapetin tanda tangan ke 20.

" Kamu adik William kan ? " tanyanya dengan nada sedikit santai. 'Wah, dia inget'. aku hanya menjawab dengan mengangguk.

" Tanda tangan ? uhm, kamu mau kasih aku apa kalau aku tanda tangan buku itu ? " tanya dia. Ya, astaga tanda tangan aja pakai imbalan. Aku hanya menggelengkan kepala dengan wajah yang aku sendiri juga ga tahu bagaimana.

" Ya udah ! Kamu mikir dulu aja mau kasih aku apa. Ntar kalau dah tau baru cari aku lagi. " Sambil berkata seperti itu dia meninggalkanku dari tempatnya duduk tadi. Bodoh amat sih aku. Dia kan Gangster berdarah dingin. Tahu gitu aku ga minta tanda tangan sama dia. Tapi kalau dapat tanda tangan dia aku bisa terkenal kali yah ? bisa dapetin tanda tangan orang terjutek. 'Kasih apa, ya?' aku harus mikirin nih. Kalau menyerah bukan Alice namanya.

Tanda tangan kan hanya sebuah goresan pena. Kenapa harus ada imbalannya, sih. Aku jadi makin ga ngerti sama cara berpikirnya Andreas. Orang aneh kaya gitu mau dikasih apaan. Masa dia beneran mau dapat imbalan dari aku, sih.

" Kak Andreas! please tanda tangannya. Aku ga tahu mau kasih apa. " kataku padanya lagi setelah mengejar dia yang sedang bermain basket. Habis makan langsung main basket, bisa usus buntu tuh.

" Ga tahu mau kasih aku apa, ya ?" katanya. dia mengeluarkan raut wajah yang seperti sedang berpikir.

" Oke, begini saja. Aku kasih kamu tanda tanganku, tapi kamu harus cium aku. " lanjutnya mengusulkan imbalan untuknya kepadaku yang langsung mengeluarkan tampang kagetku. 'Ha?!! Cium ???!!!! ga salah ni orang. Yang bener aja donk ! '. mendingan aku pilih mati daripada cium monster berdarah dingin kaya dia.

" Eh, mau ga ? bengong aja. " dia menjentikkan jarinya didepan mukaku. terlihat sekali sifat gag sabarannya.

" Er, maaf kak. Ada cara lain ga selain itu? " aku masih menjaga sikap sopanku meskipun rasanya sudah hampir meledak.

" Ada. Kalau ga mau cium aku, jadi pacarku selama sebulan." Jawabnya. mendengar jawaban yang singkat itu saja mulutku sudah menganga. Aku tak percaya sama apa yang aku dengar barusan. Kepala seorang Andreas ini isinya apa sih? dari tadi usulannya ga masuk diakal semua. Tadi suruh cium, sekarang suruh jadi pacar selama sebulan.

" Hehe... Apa ga ada cara yang lain lagi? " tanyaku dengan menahan rasa kesalku.

" Bawel. Mau pilih yang pertama atau yang kedua !" bentaknya. mau pilih yang mana coba, dua duanya ga beres.

" Aku pilih yang ketiga. Ga jadi minta tanda tangannya. !" Jawabku tegas dan langsung meninggalkannya. Kali ini aku benar-benar sudah merasa sangat kesal. Aku bisa aja nendang kakinya kalau dia bukan kakak kelasku.

............................................................................................................................

0 comment(s):

Posting Komentar