27 April 2011

Complicated Love *Part 1*

" Alice...! Alice...!" tiba - tiba terdengar suara yang memecah keheningan dan membuyarkan konsentrasiku. Dengan rasa malas, aku pun mengiyakannya. Kubuka pintu kamarku dan melihat ke arah tangga.

" Ada apa sih ? tidak perlu teriak seperti itukan memanggilku. Ini rumah bukannya hutan. " Marahku padanya. Dia adalah kakak lali-lakiku namanya William. Dalam keseharian kerjanya hanya berteriak dan berteriakseperti yang dilakukannya tadi, namun dia tetap seorang kakak yang baik bagiku. Aku berjalan menuruni setengah tangga.

"Aku sedang menulis novel, memangnya kakak manggil aku kenapa ? " tanyaku melanjutkan kata-kataku sebelumnya. Kak William hanya terdiam memandangku. Aku pun mulai menggaruk kepalaku tanda kebingungan. ' Hei, Helloo!! masa manggil aku cuma buat ditatap seperti itu. '  pikirku.

" Mau ikut jalan - jalan tidak ? " Tanyanya setelah mendiamkanku beberapa lama. Aku hanya membalas pertanyaan itu dengan tatapan curiga.

" Ke rumah teman kakak, namanya Sebastian. " jawabnya dengan muka kesal. Seperti biasa aku suka sekali membuatnya kesal dengan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan atau dengan tatapan curiga. terbukti, dia selalu menjawab pertanyaanku, seperti mengerti arti tatapanku itu.

" Sebastian ? manusia atau alien tuh ? kok namanya aneh begitu sih ? " kataku setengah bercanda agar dia tak marah lagi padaku. kak William pun mengeluarkan wajah berpikirnya, seperti Patrick di film Sponge Bob Squarepants.

"Uhm.. kalau dilihat dari bentuk fisiknya dia manusia. Tapi kalau dilihat dari sifat dan tingkah lakunya hampir menyerupai spesies alien langka." Kak William menjawab dengan setengah tertawa dan mendorong oelan kepalaku.

" Ehm, bagaimana ya.... er, aku ikut deh. Tunggu sebentar yah, kak. aku mau ganti baju dulu. Tunggu, lho." Aku menjawab pertanyaan dan mengingatkan Kak William sambil melangkah ke kamarku. Dia punya kebiasaan yang sukar ditebak.

Sambil berganti pakaian, aku mengingat kejadian setahun yang lalu, saat dia mengajakku ke toko buku. Waktu itu aku sedang berganti pakaian saat dia tiba-tiba meninggalkanku. Biasa, alasannya selalu sama 'terlalu lama'. Dia tidak pernah suka menunggu.

........................................................................................................

Sepanjang perjalanan aku mencoba untuk membayangkan orang yang bernama Sebastian itu. Menurut apa yang telah disebutkan oleh kakak, dia itu pasti orang yang sangat kuno, ketinggalan jaman, aneh, berkacamata, culun... yah, model kutu buku di film -  film gitu. Benar tidak ya.

Sebenarnya sih, aku malas ikut kak William ke rumah temannya seperti ini. Apa boleh buat daripada sendirian di rumah, kan takut. Mama, Papa dan adikku, Nathan pergi belanja bulanan di supermarket.

Tidak beberapa lama kami pun tiba disebuah rumah yang sangat besar sekali, seperti rumah para bangsawan jaman dulu, megah dan banyak pillar besar. Kak William pun mengetuk pintu rumah itu beberapa kali hingga tampak sosok seorang perempuan baya yang membukakan pintu bagi kami. perempuan ini menggunakan pakaian pelayan seperti di film 'Princess Hours'. Kami dipersilahkan masuk dan menunggu di ruang tamu. Aku dan kakak pun duduk menunggu manusia yang bernama Sebastian.

'Wow! sampai menggunakan pelayan seperti ini, pastilah ayahnya seorang pengusaha sukses. Dan teman kakak adalah tuan muda yang pemalas' pikirku saat melihat kenyataan bahwa pelayan mereka tidak hanya satu tapi banyak. Aku sampai membuka mulutku saking kagumnya. Hampir saja aku mengubah bayanganku tentang penampilan Sebastian.

" Hai, Will. sorry ya lama. " seorang anak laki-laki menyapa kak William, tingginya hampir sama dengan kakakku. Sepertinya ia tidak menyadari keberadaanku. Jujur saja, ternyata Sebastian ini benar-benar berbeda jauh dengan apa yang kubayangkan. Maksudnya, seaneh - anehnya bayanganku tentang dirinya, bayanganku jauh lebih keren dari kenyataannya. Rambut berantakan, kacamata miring, piyama kusut, mukanya pun seperti masih ada ilernya. Aku yakin banget dia baru bangun tidur.

"Oh, ya Sebastian. Kenalin adikku, Alice. " Kak Will memperkenalkan ku padanya setelah beberapa menit aku dianggap tak ada. Aku hanya menyapanya dengan anggukan dan senyuman kecil saat dia menatapku dari atas ke bawah. Tanpa bicara sepatah kata pun dia langsung berbalik dan lari dengan tergesa-gesa layaknya melihat hantu dimalam hari menuju ke anak tangga yang tak jauh dari sana. Tak lama, terdengar suara huru hara layaknya orang tawuran di daerah Kelapa Gading diatas sana.

Ternyata kakakku tidak bohong padaku. Memang pantas dibilang alien kalai tingkah lakunya seperti itu. Kuberikan gelar ' lelaki aneh kuadrat' untuknya. Aduh, kalau biasanya di film-film anak laki-laki yang lemah otaknya bisa berubah menjadi seorang yang normal bila ada keajaiban, tapi menurutku sih misalkan ada keajaiban pun orang yang satu ini tidak akan bisa normal.

"Kak Will, ngapain tuh teman kakak ? memangsuka begitu yah? " tanyaku dengan perasaan heran. Mendengar aku bertanya seperti itu. Kak Will hanya diam dengan tawa tertahan.

" Jatuh cinta pada pandangan pertama sama kamu kali, makanya jadi aneh begitu deh. " Yah, kak Will memang sangat suka menjahiliku. Oke, aku anggap dia hanya bercanda, pasti bercanda. Teman kakakku ini tidak pernah ada yang beres. coba kuingat.

Pertama, teman dekat kak Will saat masih kelas 1 SMP, Rudy namanya. Orang itu kuberi gelar SDTSJSB, singkatan dari 'Super Duper Teramat Sangat Jorok Sekali Banget' panjang memang tapi itu saja belum cukup melihat kelakuannya itu. Mandi hanya kalau dianggap perlu, celana jeans kalau menurutnya 'masih bersih' tidak akan pernah dicuci dan yang paling parahnya, dia menyatakan cintanya padaku dengan bunga yang dibuat dari kertas bekas. Alasannya, lebih murah.

Kedua, teman 3 SMP kakak. Orangnya lumayan, wajahnya menarik. Tapi kebiasaan buruknya tidak pernah bisa kutolerir. Meludah sembarangan setelah mengigitkuku jarinya. Alasannya juga tak pernah bisa kuterima hingga sekarang. ' Aku takkan pernah memakan bagian dari tubuhku sendiri' maka itulah dia selalu meludah. Ia sama parahnya dengan Rudy, mungkin bahkan lebih parah. Dia menyatakan cintanya padaku dengan memberikan majalah dengan gambar wanita tak berbusana. Oh tidak, tak terhitung jumlahnya teman kak Will yang terbilang tidak normal itu, dan sepertinya akan bertambah lagi satu nama dalam catatanku.

Tak lama kemudian Sebastian sudah bergabung bersama kami dengan muka berseri - seri, pakaiannya juga sudah berganti. Hanya saja, penampilannya beberapa saat lalu dengan yang sekarang sama sekali tak berubah, tetap seperti manusia yang tidak normal. Padahal Tadi dijalan, kakak bilang padaku kalau Sebastian ini anak oaling pintar di sekolah. Oke, aku anggap penampilannya saja yang tidak normal. Pintar? jelas sudah kerjaannya hanya belajar dan diam di rumah. Mana mungkin dia punya seorang pacar ataupun teman yang suka mengajaknya Hang Out. Oh, apa maksud kakak melihatku seperti itu. Menyebalkan!

" Hmm, daripada ngbrol disini mending ke kamarku aja, gimana? " Kata sebastian mengundang emosi dalam jiwaku. Oh My God !! sepertinya orang ini saking terlalu pintarnya jadi sedikit Idiot. Dia tidak sadar atau sengaja nih. Aku kan anak perempuan, mana boleh masuk ke kamar laki-laki, baru kenal pula. Aku pun langsung menginjak kaki kakakku yangbelum sadar akan hal ini. Pikiranku memang sedikit kurang baik, tapi tidak ada salahnya kan berjaga-jaga.

" Eh, gimana sih. Alice kan anak perempuan, mana baik." Kak Will memang berkata seperti itu ke Sebastian. Tapi dia memandangku dengan tatapan seakan dia tidak percaya aku ini anak perempuan. Dasar kakak yang aneh, masa tak sadar adiknya perempuan. aku menarik napas panjang, menahan rasa kesal ke kakakku.

" Oh, iya yah. Maaf ya aku lupa. " jawab Sebastian dengan sikap serba salah. Aku sudah hampir kehilangan kesabaran karena kakakku dan Sebastian. Mereka berdua pantas cocok. Orang Jahil dan Orang pasrah. Astaga, Sebastian itu benar-benar bisa dibilang super aneh kuadrat. Untungnya kak Will mengajak kami makan diluar seakan tahu apa yang kuinginkan. Setidaknya kalau diluar, meski harus tetap bersama Sebastian aku merasa sedikit lebih baik daripada tetap berada dirumahnya.

........................................................................................................

"Andreas !! " Tiba - tiba saja kak William meneriakkan nama seseorang. Terdorong rasa penasarn, akupun menelusuri arah pandang mata kak Will. Berhubung tetap tidak menemukan seseorang yang dapat dikatakan sebagai teman kakak dalam hal ini disekitar sini tidak ada yang bertampang aneh, aku memutuskan untuk bertanya. Kakakku menjawabnya dengan jari telunjuk yang mengarah ke seseorang.

Laki-laki berpakaian serba hitam seperti pemain film 'Men in Black' bedanya ini menggunakan jaket kulit hitam dan bukannya jas. Penampilannya sangat keren, perawakannya yang tinggi, badannya kekar seperti Vannes Wu, Tipe idamanku. Aku rasa dia tidak bisa dibilang cocok sebagai teman kakak, melihat teman kakak sebelumnya. Dia lebih cocok kalau dibilang sebagai ketua mafia di Taiwan atau di Hongkong seperti film- film Mandarin. kalau aku sampai disandera sama dia, berapa lama pun aku rela.

" Kamu disini juga, kebetulan sekali. Sama siapa? Sendiri? " tanya kak Will padanya seraya mengucapkan basa-basi bertemu dengan seorang teman. kurasakan tatapan dari anak perempuan di sekeliling kamu yang menuju padanya. Manusia yang bernama Andreas juga tidak mengeluarkan senyum ataupun ekspresi senang bertemu dengan temannya dari awal kak Will menyapanya. Aku jadi merasa ada yang tidak beres. Aku kembali menatapnya.

" Kalau aku tidak disini, bagaimana caranya kamu bisa lihat aku sekarang ? dan, apa urusanmu aku kesini sama siapa ? " jawabnya ketus. Tatapannya sinis menusuk. Ya ampun, keren sih keren tapi galaknya minta ampun. Kok bisa - bisanya sih ada orang jahat kaya gitu ke kak William. Kakakku kan bertanya baik-baik, jawabnya kasar sekali. Sekarang, aku tidak ingin dan tidak rela bila disandera olehnya lagi barang sedetikpun. jangan-jangan nanti aku tidak akan diberi makan, atau yang lebih mengerikan dagingku disayat - sayat untuk dijadikan makanan singa peliharaannya. Aku mengigil membayangkan itu semua.

"Oh, iya yah. Ndre, kenalin ini adikku namanya Alice. " Kak Will memperkenalkanku padanya. Aku hanya tersenyum simpul mengingat sosoknya dalam bayanganku. WHAT! dia malah buang muka, bikin aku makin kesel sama dia. Aku harap tidak bertemu lagi dengannya seumur hidupku. Serius, tampang boleh oke daripada yang lain, kelakuan sama minusnya. Teman kakak harus dijauhi, nih.


Bersambung.........................................................................................

0 comment(s):

Posting Komentar