11 Agustus 2011

Sorry For Loving You

Suatu saat di sebuah jaman yang tergolong sudah modern, ada seorang gadis yang bernama Liz. Dia sering dikatakan sebagai gadis baik, polos, lugu dan terlihat selalu ceria. Tapi sebenarnya, di dalam wajahnya yang terlihat ceria itu, dia menyimpan banyak kenangan buruk. Baik di dalam pikiran, maupun didalam hatinya.

Dia beranjak dewasa dalam sebuah keluarga yang hancur. Karena kedua orang tuanya bercerai dikarenakan ayahnya yang menikah lagi dengan wanita lain. Liz mempunyai seorang adik bernama Icha. Dia baru menginjak kelas 2 SD saat kejadian itu terjadi. Adiknya, Icha pun belum menginjak bangku sekolah. Keluarga Liz yang tadinya tergolong bahagia meskipun tidak empunya suatu harta pun, sekarang hancur berantakan. Liz yang selalu berprestasi disekolahnya tiba-tiba saja menjadi seorang anak pemberontak. Meski begitu ia tetap menyayangi ibunya.
Dia mencoba tetap berusaha dan bertahan hidup bersama adik dan ibunya. Karena dia bermaksud untuk mengurangi penderitaan dan kesedihan yang sedang dirasakan oleh ibunya itu. Ibunya pun sangat menyayangi kedua anaknya. Beliau rela mengorbankan segala sesuatu yang dia punya demi menyekolahkan kedua anaknya dan demi memberikan kehidupan yang layak, agar anaknya tidak dikucilkan oleh teman-temannya.

.............................................................................................................................................

Liz beranjak dewasa dan mulai masuk kelas 3SD saat ia, adik dan ibunya pindah ke rumah saudari dari ibunya. Ia mulai mengalami hidup yang berat karena pada awalnya mereka bertiga tidak begitu diterima dirumah itu. Ibunya bekerja sebagai pembantu meski tinggal dirumah saudaranya sendiri. Kasihan pada adiknya yang masih belum mengetahui mengenai apapun itu, Liz mencoba sebisa mungkin menjadi kakak yang baik, menyayangi adiknya, dan mencoba menjadi panutan yang baik. Dia selalu melindungi ibu dan adiknya, meski tanpa disadarinya, dia sudah mulai memberontak karena tidak pernah ada lagi bayangan seorang ayah yang mendidiknya.

Mulai berat kehidupan saat itu. Negara itu juga sedang dilanda krisis ekonomi, sehingga harga barang hampir semuanya melonjak tinggi. 'Liz harus kerja, Liz harus bantu ibu..' itulah yang dipikirkan oleh Liz kecil, tiada jalan lain lagi. Liz menjadi seorang pengantar koran, dan mengamen ketiap toko setiap harinya. Penghasilan yang didapat tidak seberapa dibandingkan penyakitnya yang kian kambuh karena berada dibawah terik matahari dan asap debu kendaraan yang masuk kedalam paru-parunya. Liz kecil tidak mengetahui, dia memiliki penyakit yang diturunkan dari kakeknya kepada dirinya. Penyakit paru-paru, Asma. Mungkin terdengar sangat ringan tapi ternyata penyakit inilah yang membuat saudari dari ibunya itu meninggal. Asma yang menyebabkan bekunya organ paru-parunya.

Setelah Saudari ibunya meninggal akhirnya, ibunya pun terpaksa harus mencari rumah baru. Saat itu akhirnya ibunda Liz menikah lagi dengan seorang laki-laki yang tidak pantas menjadi seorang ayah karena perbuatannya yang suka berbohong, menipu ibunya. Liz menganggap semua perbuatan itu akan dibalasnya suatu saat ia besar kelak. Karena Liz melihat ibunya sangat tersiksa dan menderita, lebih daripada hanya tinggal bertiga. Menikah lagi ternyata keputusan yang salah dari ibunya, karena hal itu malah membuat keluarganya mendapat lebih banyak hinaan dari sebelumnya. 'Ibu hanya ingin kalian mempunyai seorang ayah..' Alasan itulah yang akhirnya diterima oleh seorang Liz yang mulai beranjak remaja.

.............................................................................................................................................

Liz mulai beranjak remaja, dia mulai masuk ke SMP. Bukan SMP impiannya, karena saat itu ia tahu keluarganya tidak mempunyai biaya untuk sampai ke SMP impiannya. Dalam hati, penyesalan dan kekecewaan pasti tergambar dengan jelas, tapi hal itu tak diperlihatkannya pada ibunya tersayang. Adiknya Icha saat itu masih belum bisa melakukan suatu apapun, 'dia masih kecil, baru kelas 4 SD' pikir Liz. Iri mulai tumbuh, tapi dia mengerti, dia sekarang adalah tulang punggung keluarganya meski disini ada seorang pengganti ayahnya.

Mulai SMP dan SMA, Liz semakin tidak bersahabat dengan orang disekelilingnya. Ibunya yang tidak mengetahui apa penyebabnya selalu menyalahkan Liz, sebagai orang yang egois sehingga tidak mempunyai teman. Kenyataannya, Liz menjadi tidak dapat dekat dengan anak perempuan disekitarnya karena kejadian masa lalu, kejadian dimana wanita itu merebut ayahnya dari sisi ibunya. Dia juga mulai menjadi tomboy. Hanya bermain dengan anak laki-laki. Hal itu tentu saja membuat anak perempuan lainnya iri, dan memusuhinya.

Tahun demi tahun berlalu, Liz selalu bertengkar dengan anak perempuan 1 sekolah. Baik anak perempuan sekelasnya, seangkatan, adik kelas, bahkan kakak kelas. Dikerjai, Dimusuhi, dijahili, bahkan sampai dicelakai. Liz tetap sabar, dia hanya dapat menangis didalam hati. Menangisi keadaannya yang sangat sulit itu. Tapi ia tetap menjadi anak baik yang tetap ke gereja.

Saat SMA di tahun terakhir, dia menyukai seorang laki-laki tetangganya. Laki-laki itu sangat baik kepadanya. Namanya adalah Kian. Tapi Kian tak kunjung mencintainya, suatu saat dimana mereka harus berpisah karena Liz harus pindah rumah. Kian menyatakan perasaannya. 6 bulan mereka jalani sambil menunggu waktu perpisahan.

Beberapa bulan sebelum berpisah, tiba saatnya Liz berulang tahun. Kian berjanji akan melamarnya, mereka berdua pergi membeli anting sebagai tanda perayaan hari jadi mereka. Tapi sangat disayangkan. Kecelakaan menimpa mereka. Liz yang hampir tertabrak oleh truk besar, diselamatkan oleh Kian, yang berakhir dengan kematian. Liz yang menyesali kejadian itu mulai sedikit demi sedikit merasa Tuhan tidak adil. Ia pun menjadi jarang ke gereja. Sejak saat itu Liz mulai tak mengacuhkan hidupnya lagi.

.....................................................................................................................................

Usianya sudah menginjak saat perkuliahan. Saat itu keluarganya kembali dilanda kesulitan uang. Dia sampai hampir tidak ikut universitas saat itu, tapi dengan segala usaha dari ibunnya, akhirnya Liz kuliah di sebuah Universitas yang saat itu dianggap terkenal dalam bidang komputernya.

Dia mulai tinggal di kost, sayangnya, itu ternyata merupakan keputusan yang paling salah. DIsana dia mulai menjadi brutal. Dia sering ke pub, diskotik, clubbing. Dia menjadi suka minum minuman keras. Tapi dia tetap berusaha dalam nilainya karena tidak ingin mengecewakan ibunya. Dia juga pernah menikuti balap motor liar, hingga akhirnya nyawanya hampir diambil daripadanya. Tapi ternyata harapan itu tidak tersampaikan. Dia tetap hidup. Keinginannya adalah menyusul Kian. Dia merasa hidupnya tak akan berarti lagi tanpa Kian disisinya yang selama ini menopang dirinya disaat dia mulai goyah, meminjamkan bahu disaat ia merasa letih. meminjamkannya dada disaat ia ingin menangis. hal itu telah hilang. Tuhan telah mengambil itu semua dari padanya.

"Tuhan, kau sungguh tak adil. Kau mengambil ayahku, Kau membuat keluargaku berantakan. Lalu kau mengambil Kian daripadaku. Mengapa kau masih membiarkanku hidup? Belum puas kau menyiksa dan menyakiti hatiku?"

"Kian, mengapa kau begitu tega meninggalkanku! mengapa kau begitu jahat padaku! Kenapa kau pergi sendiri! kenapa kau menyelamatkan aku!!! Tahukah kau aku begitu kehilanganmu! Aku.. sendiri sekarang.."

Penyesalan, kekecewaan, kesedihan yang mendalam terkubur didalam hatinya. Membuat hatinya begitu gelap. Ia menyalahkan dirinya terus-menerus atas segala kejadian dalam hidupnya, yang menimpa keluarganya, yang menimpa kekasih yang dicintainya, bahkan yang menimpa dirinya sendiri.

Dia merasa dirinya tak cantik, tak menarik. Dia pun merasa aneh banyak sekali laki-laki yang datang padanya. yang menyatakan cinta pada dirinya. Dia merasa mungkinkah ini jawaban dari segala penderitaan dia. Ternyata semua itu salah.

Semua laki-laki itu mempergunakan tubuhnya, hanya untuk memuaskan hawa nafsu mereka. Awalnya Liz memberontak. Tapi setelah berkali-kali mendapat penganiayaan, Liz hanya bisa berpasrah setiap hal naas itu terjadi pada dirinya. Dia membiarkan semua laki-laki yang berpacaran dengannya menikmati tubuhnya sendiri. Bahkan Guru-guru disekolahnya dulu pun seperti itu. Hanya saja Liz belum menyadarinya karena dia masih kecil.

..........................................................................................................................................

Suatu saat, dimana Liz sudah lulus kuliah pertamanya. Dia mulai mengecap dirinya wanita kotor. Wanita yang tak pantas untuk dicintai oleh para laki-laki. Dia hanya berusaha untuk melindungi adik-adiknya agar tidak menjadi seperti dia. Dia hanya menginginkan kejadian-kejadian itu hanya menimpa pada dirinya saja. Dia tidak ingin adik-adiknya ikut merasakan kepedihan yang ia rasakan.

Untuk mengisi waktunya untuk menunggu semester pertama kuliahnya yang kedua kalinya, dia mencoba untuk bekerja pada suatu event pameran. Dia bekerja bersama beberapa orang yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Dia adalah orang tertua yang bekerja saat itu selain pemimpinnya. Dia merasa dia tidak akan pernah mencintai seorang lelaki pun karena trauma yang ia rasakan. Lagipula rasanya tidak mungkin kalau dia mencintai seorang yang lebih muda. Itu merupakan suatu hal yang mustahil, bahkan meskipun mujizat diberikan oleh Tuhan. Tidak akan ada seorangpun yang akan jatuh hati pada dirinya yang begitu buruk rupa. 'Melihatku saja, mereka pasti akan jijik..' itu yang diteriakkan dalam hati terus menerus oleh Liz.

Tanpa disadarinya, dia yang tak pernah mendapatkan perlakuan yang layak dari laki-laki selain Kian. Mulai jatuh cinta pada seorang anak laki-laki bernama Roy. Anak laki-laki yang tingginya hampir mencapai 180cm, tapi ternyata, sikapnya Roy tidak membuat Liz begitu nyaman.

Hari demi hari berlalu, Liz memperhatikan semuanya bagaikan adik baginya. Tanpa disengaja, dia selalu melihat pada seorang anak laki-laki lainnya yang bernama Chriz, bagaikan bunga matahari yang selalu mengikuti arah matahari berada. Setelah diperhatikan, Chriz ternyata memiliki sikap dan senyum yang sama dengan Kian, orang yang dicintainya itu. Ia melihat bagaimana anak perempuan disekitarnya bisa dekat dengan Chriz. Liz pun mulai mengikutinya, tapi hal yang dia rasa Chris tidak suka, Liz mencoba untuk menghindarinya, meskipun dia tahu dia tidak akan bisa dengan sempurna tahu mana yang disukai dan tidak disukai oleh Chriz.

Beberapa hari berbicara, bergurau, dan dekat dengan Chriz, Liz menyadari bahwa ia mulai jatuh cinta pada Chriz. Meskipun dalam hati ia menguatkan hatinya, bahwa ia tidak boleh jatuh hati pada Chriz karena Chriz jauh lebih muda daripadanya. Tentu saja Chriz tak akan pernah mau mencintai perempuan yang jauh lebih tua darinya. Liz merasa bahwa, 'Aku lebih pantas jadi tantenya, kakaknya dibandingkan jadi kekasihnya..' 

Tapi detik demi detik, menit demi menit, dan hari demi hari terlewati. Liz semakin tidak dapat menahan dirinya. Apalagi, sikap Chriz semakin membuatnya merasakan kebaikan hati seorang laki-laki. Chriz merangkulnya, mengelus kepalanya, tersenyum dan bercanda padanya. Liz merasa dia sangat dihargai. Liz tak berani mengutarakan perasaannya karena ia takut sikap ini akan berubah nantinya disaat Chriz menolak perasaannya. Tapi Chriz yang seperti itu, memaksa Liz untuk mengatakan bagaimana perasaannya saat itu.

Chriz memang tak langsung menolaknya, sehingga Liz merasakan adanya pengharapan baginya. Dia juga mengetahui, bahwa usia bukanlah penghalang bagi Chriz. Tentu saja semakin giat Liz berusaha untuk mendapatkan hati sang pangeran. Tapi sangat disayangkan. Liz akhirnya mendapatkan jawaban telak di hari terakhirnya yang membuat hati Liz kembali hancur. 

"Maafin aku Liz, kemarin aku memang bimbang. Tapi sekarang aku tahu, kalau aku tidak akan pernah bisa cinta padamu. Aku takut kalau menyuruhmu menunggu lebih lama tapi ternyata aku tetap tidak bisa menjadi kekasihmu, itu akan lebih membuatmu sakit. Dan aku tak mau itu terjadi." Liz hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia menahan air matanya. Dia tidak ingin membuat Chriz merasa terbeban dengan melihatnya menangis.

"Tak apa Chriz, aku tahu jawabanmu dari semula. Jangan meminta maaf, karena aku sendirilah yang membodohi dan membohongi diriku sendiri. Aku tahu tidak bisa, tapi aku berharap lebih. Bagai punguk yang merindukan bulan. Aku hanya memikirkan diriku sendiri yang ingin mendapatkan hatimu. Tapi tak pernah memikirkan dirimu. Aku yang seperti ini tidak berhak dicintai olehmu. Aku, hanya ingin melihatmu bahagia, Chriz. Maafkan aku."

Liz pun mencoba untuk menjadi teman baik Chriz dihari-hari berikutnya. meskipun dia tetap mencintai Chriz tanpa meminta Chriz untuk membalas perasaannya itu. Begitu sulitnya ia rasakan untuk melupakan perasaan yang sudah terbentuk itu. Tapi karena kebahagiaan Chrizlah yang ia inginkan. Ia hanya dapat menangis dalam tidurnya. Tiap malam ia terbangun dari tidurnya dan menangis. Ia bermimpi disaat Chriz menolaknya, ia bermimpi saat Chriz tersenyum padanya. Ia juga bermimpi disaat Kian meninggalkannya. Kejadian itu setara sekarang. Menangis pun tiada guna sekarang. 

Hari demi hari berlalu. Tenryata sebagai temanpun, Chriz seperti tidak mengharapkannya. Saat ini lah yang terberat bagi Liz, yaitu untuk mengucapkan selamat tinggal pada Chriz. Karena Liz sangat tidak ingin menganggunya. Liz tahu, Chriz sangat terbeban dengan keberadaannya yang meskipun jauh. Liz tahu hal itu dari sahabat Chriz. Liz hanya berharap dapat bertemu dengan Chriz, meskipun ia tahu hal ini tak akan pernah mungkin lagi. Maka ia hanya dapat berkata dalam hatinya.

"Chriz, Liz akan tetap sayang sama Chriz. Tadinya aku ingin menyimpan permintaan terakhir ini saat dimana kita sudah mulai lebih dekat lagi. Tapi ternyata hari itu tak akan pernah kunjung datang. Aku tidak mau membebanimu lebih lama lagi. Aku memutuskan untuk melepaskanmu. Aku harap kau mengerti dan dapat memaafkan perbuatanku yang tidak pantas ini. Aku tahu aku bukanlah wanita yang pantas untuk mencintaimu bahkan untuk mendapatkan cinta darimu. Aku sudah mendengar semuanya dari sahabatmu itu. Kalau kau terbebani. lebih baik aku sendiri yang menyimpan perasaan ini dalam hatiku. Terima kasih karena kau, aku dapat merasakan perasaan cinta padamu. Terima kasih karena pernah mengijinkan aku untuk dekat denganmu, menjadi temanmu. Tapi meskipun begitu. Aku juga mau meminta maaf, tak pernah memikirkan perasaanmu. Aku juga selalu mendengar jawabanmu yang tak pernah merasa terganggu. Tapi apakah itu semua benar, aku tak pernah tahu. karena hanya kau yang merasakannya. Kalau Tuhan mengijinkan, dan kalau kau masih mau mendengar permintaanku yang terakhir kalinya suatu saat, mungkin saat itu  juga aku bisa memastikan perasaanmu padaku kembali. Tapi sepertinya itu hal yang mustahil bagiku." Liz berpesan pada Chriz dengan meneteskan air matanya. 'Kalau ada Chriz disini.. apakah mungkin dia akan memelukku lagi saat melihatku meneteskan air mata.. Kuharap iya..'

"Chriz, aku sayang padamu degan sepenuh hatiku. Meskipun aku tahu hal itu takkan pernah berbalas meski aku menunggu setahun atau sepuluh tahun lagi. Aku minta maaf sudah mencintaimu, tapi aku akan selalu ada disini. Aku selalu membuka tanganku untuk menerimamu disaat kau sedih, menemanimu disaat kau kesepian dan ada masalah. Aku juga yang akan meminjamkan bahuku dan mengusap air matamu disaat kau ingin menangis." Lanjut Liz.

"Pernah kau bertanya padaku, apa yang membuat aku cinta padamu. Salah kalau aku bilang karena kau yang mirip dengan seseorang yang pernah ada dalam hidupku. Aku mencintaimu karena kamu dalah kamu. Aku suka senyummu. Aku suka sewaktu kamu bercanda denganku. Aku suka saat kau meminjamkan bahu untukku. Aku senang saat kau marah karena ceritaku dimasa lalu. Aku senang saat kau memelukku waktu aku menangis. Aku jatuh cinta padamu karena kamu sangat menghargai aku. Aku suka pada pendirianmu. Aku suka matamu. Aku senang melihatmu tertawa. Aku suka saat kamu sedang bersama teman-temanmu. Aku senang saat berjalan berdua denganmu, saat kau mengajakku berpisah dengan adikku. Aku merasa nyaman didekatmu, merasa nyaman saat kau menggenggam tanganku. Aku merasa dilindungi olehmu. Aku merasa aku bisa menjadi diriku sendiri didepanmu. Aku merasa bebas, dan aku menjadi sesuatu yang berharga. Aku senang, aku suka dengan semua yang ada padamu. Kamu menerimaku apa adanya meski hanya sebagai teman, dan aku bisa menerimamu apa adanya saataku mengucapkan aku cinta padamu. Aku tak memaksakan kau harus menjadi seperti siapa dan menjadi apa. Tapi tetaplah menjadi dirimu. Karena aku mencintai dirimu karena kamu adalah kamu. Itulah jawaban yang selama ini ingin kukatakan padamu. Tapi tidak pernah sempat." Liz menjelaskan apa yang dia rasakan selama ini hingga ia jatuh cinta pada seorang Chriz.

Saat itu keadaan Liz mulai memburuk. Sebelumnya, Asmanya mulai kambuh. Chriz tahu mengenai hal itu. Tapi yang Chriz tahu, Liz sudah sembuh. Tanpa diketahuinya, Liz mulai sering mimisan, rambutnya mulai rontok, batuknya semakin parah, dan badannya mulai kurus. Liz tak mempedulikan kesehatannya lagi sekarang. Karena Liz tahu, dia tidak akan pernah sembuh. Dia hanya ingin melihat senyuman Chriz meskipun hanya sekali, itu mungkin akan membuatnya bahagia seumur hidupnya.

Teman-teman, kalau kau memang mencintai seseorang, lepaskanlah dia agar dia bahagia bersama orang lain apapun alasan untuk menahannya. Karena akan lebih menyakitkan disaat kau tahu dia terbebani dengan keberadaanmu, dan dia tak bahagia bila bersamamu. Sesungguhnya, cinta tak harus memiliki. Tapi cinta yang sejati akan terus hidup, meski raga ini tak bernyawa. Bersyukur dan berterima kasih lah pada seseorang yang pernah kau cintai. Karena dia, engkau pernah merasakan rasanya mencintai. Dengan begitu semoga sedihnya tak akan pernah terlalu dirasakan oleh kita. Memang mudah untuk berkata, sulit dikerjakan. Tapi itulah yang sedang diusahakan oleh Liz.

Salam GaKuCi "Gajah Kuda Kelinci"

............................................................The End......................................................

0 comment(s):

Posting Komentar